Malioboro Seribu Kelir Mengenalkan Wayang Lintas Generasi

Danurejan - Sajian wayang dalam bingkai media baru yang merupakan bagian dari rangkaian perayaan HUT ke-266 Kota Jogj yang bertajuk “Malioboro Seribu Kelir” dalam bingkai acara Ruang Masyarakat Ketemu atau Rumaket di kawasan Jalan Malioboro pada Selasa (4/10) berlangsung meriah.

Di sepanjang Jalan Malioboro berjajar deretan wayang yang bertujuan mengenalkan kepada masyarakat agar mengetahui tokoh-tokoh yang ada di pewayangan. Hal ini menjadi salah satu upaya strategis untuk melestarikan kesenian agar tetap bertahan dan bisa diwariskan ke generasi berikutnya sehingga Malioboro menjadi satu kelir yang utuh.

Rangkaian acara Rumaket hari pertama Selasa (04/10) malam dibuka dengan tarian Vedya Juwita kemudian dilanjutkan dengan pertunjukan kolaborasi wayang purwa, wayang golek, wayang beber, wayang wong, wayang cinema, dan langen carita dengan kemasan modern.

Sekretaris Daerah Kota Yogyakarta Aman Yuriadijaya turut hadir dan membuka acara Malioboro Seribu Kelir. Dalam sambutannya Aman menyampaikan, Malioboro Seribu Kelir menunjukkan bahwa pengembangan potensi budaya bisa dijadikan sarana untuk memperkuat pembangunan karakter masyarakat, melalui penciptaan situasi yang kondusif. Manfaatkan daya kreativitas sebagai ekspresi jiwa akan cipta, rasa dan karsa serta ungkapan kecintaan pada Kota Yogyakarta yang Istimewa.

“Kita perlu melakukan penguatan identitas budaya sebagai bangsa Indonesia, khususnya masyarakat Yogyakarta melalui kegiatan seni dan kebudayaan, berkolaborasi membentuk simpul-simpul kerja sama, turut berperan aktif dalam mendukung pengembangan seni budaya di Kota Yogya. Sekaligus menjaga rasa kebersamaan dengan masyarakat, mendukung berbagai program pembangunan yang ditujukan untuk kesejahteraan seluruh warga Kota Yogyakarta,” ujarnya.

Sementara itu Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta Yetti Martanti mengatakan tujuan dari Malioboro Seribu Kelir adalah untuk menjadi wadah bertemunya pelestari Warisan Budaya Takbenda di Kota Yogyakarta serta bagian dari upaya pelestarian dan pengembangannya.

“Harapannya melalui Malioboro Seribu Kelir ini bisa meningkatkan kecintaan masyarakat pada Warisan Budaya Takbenda yaitu pada seni dan budaya Kota Yogyakarta secara khusus. Selain itu masyarakat juga bisa ikut berperan aktif dalam menggali potensi dan mengenalkan seni budaya di Kota Yogyakarta,” tambahnya.

Selain acara Malioboro Seribu Kelir, Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta juga membangkitkan memori kolektif sejarah beserta atmosphere budaya di Kawasan Malioboro dengan serangkaian acara Sekar Rinonce. Acara ini akan dilaksanakan secara rutin setiap Selasa dan Sabtu hingga Desember 2022. Sekar Rinonce akan menjadi ruang yang tepat bagi masyarakat, khususnya pelaku seni budaya di Kota Yogyakarta untuk mengekspresikan karya seninya sehingga mewujudkan Yogyakarta yang lebih berbudaya.

Rumah Seni dan Teater Surya Budaya Kelurahan Suryatmajan menjadi salah satu pengisi acara di Sekar Rinonce di depan Teras Malioboro 2 pada Selasa (04/10). Mereka menampilkan kolaborasi musik kontemporer, calung funk, biola dan seruling dengan mengenakan pakaian gagrak Jogja.

Ketua Rumah Seni dan Teater Surya Budaya Kelurahan Suryatmajan Suparyanto mengucapkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan untuk mengisi acara ini. “Tentunya dengan fasilitas yang diberikan Dinas Kebudayaan Kota Yogya akan menjadi wadah kami para penggiat seni terdorong untuk melestarikan kebudayaan dan terus mengekspor kreativitas,” jelasnya.

Sekar Rinonce dapat dinikmati di tiga titik keramaian di kawasan malioboro yaitu di sekitaran Teras Malioboro 1 di depan Pasar Beringharjo, Teras Malioboro 2 dan Kawasan Kepatihan Regol Barat. (Chi)